Rokan Hulu | KUJANGPOST.com – Dari sebuah lahan terbatas di lingkungan kantor, lahirlah sebuah gagasan besar. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bangun Purba, Kabupaten Rokan Hulu, di bawah naungan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, menghadirkan Miniatur Pertanian Terpadu yang bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga menyimpan potensi sebagai rintisan agro wisata dan model ketahanan pangan nasional.
Berbagai komoditas unggulan ditanam, mulai dari pisang kepok, cavendis, barangan, hingga tiga varietas timun: Kordova, Padang, dan Herkules. Semua dikelola dengan pupuk organik hasil fermentasi kotoran kambing di campur dengan EM4 dalam kolam terpal sehingga menghasilkan pupuk cair dan padat kemudian untuk penyuburan tanah di gunakan tangkos kelapa sawit. Inovasi ini secara nyata menekan ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan menghasilkan produk yang lebih sehat.
“Kami ingin membuktikan bahwa dari lahan terbatas pun bisa lahir sebuah percontohan pertanian terpadu yang produktif, sehat, dan mandiri.,” ujar Bahendra, S.Pt, Pimpinan Kordinator BPP Bangun Purba.
Tidak berhenti di situ, hasil panen yang terjual diputar kembali sebagai modal untuk membeli bibit, dua ekor domba, hingga mesin chopper rumput. Dengan sistem sirkulasi ekonomi mandiri ini, BPP Bangun Purba telah menciptakan ekosistem pertanian berkelanjutan yang mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa selalu bergantung pada bantuan luar.
Bahkan, pola tanam tumpang sari (timun–jagung, timun–kangkung, pisang–semangka) semakin memperkuat produktivitas lahan. Lahan kosong yang tersisa pun segera dimanfaatkan untuk penanaman jagung bersama desa, sebagai kontribusi langsung mendukung program ketahanan pangan Presiden RI.
Ke depan, BPP Bangun Purba memiliki visi besar: menjadikan kawasan ini sebagai rintisan agro wisata berbasis edukasi pertanian terpadu. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya memperoleh manfaat pangan, tetapi juga nilai tambah ekonomi dari sektor wisata dan edukasi.
Namun, untuk menjaga keberlanjutan program, BPP Bangun Purba sangat berharap perhatian pemerintah pusat. Dukungan berupa alokasi biaya operasional tahunan serta pembangunan rumah jaga menjadi kebutuhan mendesak agar tanaman, ternak, dan seluruh aset pertanian dapat dipelihara secara maksimal.
“Kami yakin, dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat maupun daerah, miniatur pertanian terpadu ini bisa berkembang lebih luas, menjadi pusat edukasi, rujukan bagi petani, sekaligus penopang ketahanan pangan bangsa.,” tutup Bahendra penuh optimisme.