HukrimJakarta

Kartini, Sarinah dan Srikandi Adhyaksa

Avatar
40
×

Kartini, Sarinah dan Srikandi Adhyaksa

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, KUJANGPOST.com – Hari ini, 21 April 2024, segenap warga Bangsa Indonesia merayakan Hari Kartini. Perayaan ini bentuk penghargaan atas jasa Kartini sebagai pejuang perempuan yang menentang penjajahan dan memperjuangkan emansipasi untuk kaum perempuan agar bisa mendapatkan hak-hak yang setara, salah satunya pendidikan.

Nama lengkapnya adalah Raden Adjeng Kartini yang mungkin lebih dikenal sebagai R.A Kartini. Dia lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Dia perempuan yang sangat beruntung kala itu, karena terlahir dari keluarga priyayi.

Sejarah Hari Kartini berhubungan juga dengan perjuangan Kartini dalam memajukan pendidikan perempuan Indonesia. Meskipun lahir dari keluarga priyayi dia tidak ingin menikmati semua privilege itu sendiri.

Kartini ingin semua perempuan Indonesia mendapatkan hak yang sama. Kartini yang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan cukup tinggi di masa itu, ingin perempuan-perempuan lain juga mendapatkan hak sama seperti dirinya

Kini, di era moderen, Kartini adalah sosok tokoh panutan bagi perempuan Indonesia, yang mampu berhasil menghadirkan emansipasi perempuan dan kesetaraan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara itu, Sarinah adalah sosok perempuan yang begitu dikagumi dan dihormati Soekarno, Proklamator Kemederkaan Republik Indonesia. Sosok yang dihormati Soekarno ini hanya wanita desa yang ikut menumpang pada keluarga Soekarno.

Soekarno kecil dirawat dan diasuh Sarinah, bahkan Sarinah diketahui tidak dibayar atau digaji. Tak heran jika, Soekarno kecil begitu dekat dengan sosok Sarinah. Mungkin Soekarno lebih dekat dengan Sarinah daripada ibunya sendiri.

Melalui bukunya yang berjudul “Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia,” Soekarno menjelaskan arti Sarinah bagi dirinya. Sarinah mengajarinya tentang kehidupan dan humanisme.

“Pengasuh saya bernama Sarinah, ia “mbok” saya. Ia membantu ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih. Dari dia saya banyak mendapatkan pelajaran mencintai “orang kecil”. Dia sendiri pun “orang kecil”, tetapi budinya selalu besar.
Dialah yang mengajarku mengenal kasih sayang. Sarinah mengajariku untuk mencintai rakyat. Rakyat kecil,” tulis Soekarno.

Kemudian, Srikandi adalah tokoh perempuan yang gagah berani dalam kisah Mahabharata. Srikandi merupakan dewi panglima perang Pandawa yang mahir dalam menggunakan senjata panah. Yang menjadi watak dominan dalam diri Srikandi yaitu ia bersemangat, pemberani, memiliki tekad yang kuat, dan percaya diri.

Srikandi bisa sekuat itu bukan tanpa usaha, semua orang tahu bahwa kepandaian Srikandi memanah adalah hasil dari belajarnya yang tak kenal waktu. Srikandi juga mengajarkan kita untuk tegas dan berani dalam segala hal.

Pada Kejaksaan Republik Indonesia, perempuan yang mengabdi sebagai insan Adhyaksa tentunya menjadikan Kartini, Sarinah dan Srikandi, ketiga tokoh perempuan ini sebagai panutan, simbol dan motivator untuk mengabdi profesional, berintegritas dan berhati nurani.

Insan Adhyaksa perempuan telah mampu sejajar dengan insan Adhyaksa laki-laki dalam perjalanan pelayanan dan penegakan hukum Kejaksaan RI. Pegawai dan jaksa perempuan mendapat tempat dalam aktualisasi keilmuannya mengabdi sebagai insan Adhyaksa, baik dalam jenjang karir maupun kesetaraan gender, emansipasi perempuan dalam lingkungan kerja Kejaksaan RI.

Beberapa bidang dan satuan kerja pada Kejaksaan RI dari Sabang sampai Merauke, Kepala Seksi, Kepala Kejaksaan Negeri, Direktur hingga Kepala Kejaksaan Tinggi banyak diisi sejumlah insan Adhyaksa perempuan.

Kehidupan seorang perempuan insan Kejaksaan tidaklah semudah yang dibayangkan, terdapat berbagai tantangan yang perlu dihadapi dengan mengorbankan beberapa momen atau bahkan berhadapan langsung dengan kondisi berbahaya ketika sedang menjalani profesi sebagai insan Adhyaksa.

Selamat Hari Kartini , Majulah Perempuan Insan Adhyaksa !

Penulis adalah Kepala Kejaksaan Negeri Sragen, Jawa Tengah

Oleh Virginia Hariztavianne

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *