EkonomiJakarta

Bitcoin Pecah Rekor! Harga Tembus Rp2,1 Miliar per Koin, Pasar Kripto Menggeliat

9
×

Bitcoin Pecah Rekor! Harga Tembus Rp2,1 Miliar per Koin, Pasar Kripto Menggeliat

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, KUJANGPOST.com – Bitcoin kembali mencatatkan sejarah baru setelah menembus harga tertinggi sepanjang masa (all-time high) di level US$126.000 atau sekitar Rp2,1 miliar per koin pada Rabu (8/10/2025). Pencapaian ini menandai tonggak penting bagi industri aset digital dan mempertegas posisi Bitcoin sebagai salah satu aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Dalam satu tahun terakhir, harga Bitcoin meningkat hampir dua kali lipat. Berdasarkan data pasar, harga sempat menyentuh puncak di US$126.080 sebelum stabil di kisaran US$124.700, menandakan ketahanan harga meski volatilitas pasar masih tinggi.

Sementara itu, Ethereum turut menguat ke level US$4.600, dan XRP naik ke US$2,9. Penguatan sejumlah aset utama ini menunjukkan meningkatnya kepercayaan pasar terhadap mata uang kripto setelah periode konsolidasi panjang beberapa bulan terakhir.

Kenaikan harga Bitcoin didorong oleh meningkatnya arus dana institusional dan pelemahan dolar AS. Sejumlah Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin yang dikelola oleh perusahaan investasi global seperti BlackRock dan Fidelity mencatatkan arus masuk dana miliaran dolar dalam sepekan terakhir, sehingga mempersempit pasokan di pasar spot.

Selain itu, cadangan Bitcoin di bursa global tercatat berada di titik terendah dalam enam tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan banyak investor memilih menyimpan Bitcoin di dompet pribadi untuk jangka panjang, menandakan keyakinan terhadap potensi kenaikan harga di masa mendatang.

Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menilai rekor harga Bitcoin kali ini bukan hanya soal euforia pasar, tetapi juga menunjukkan pengakuan yang semakin luas terhadap aset digital di sistem keuangan global.

“Pencapaian harga US$126.000 merupakan bukti nyata bahwa Bitcoin telah memasuki fase kematangan baru. Saat ini, Bitcoin tidak lagi sekadar instrumen spekulatif, melainkan bagian dari strategi diversifikasi aset yang diakui oleh lembaga keuangan besar di seluruh dunia,” ujar Antony.

Menurutnya, reli harga kali ini didorong oleh meningkatnya partisipasi institusional, bukan semata-mata oleh investor ritel.

“Arus dana besar yang masuk ke produk berbasis Bitcoin seperti ETF dan treasury korporasi menunjukkan peningkatan kepercayaan terhadap infrastruktur aset digital global,” tambahnya.

Antony menjelaskan, karakteristik pasar saat ini berbeda dibandingkan dengan siklus sebelumnya.

“Pada 2021, kenaikan harga Bitcoin lebih banyak digerakkan oleh euforia ritel. Kini, faktor utama adalah penurunan cadangan di bursa dan permintaan institusional yang lebih stabil,” katanya.

Ia menegaskan bahwa kondisi tersebut membentuk fondasi pertumbuhan jangka panjang yang lebih sehat.
“Kita tidak lagi melihat kenaikan berbasis hype. Kali ini, kenaikan Bitcoin dibangun atas dasar kepercayaan dan penerapan nyata di berbagai sektor, termasuk pembayaran lintas negara, aset treasury, dan lindung nilai terhadap inflasi,” jelasnya.

Dari sisi domestik, Antony mencatat lonjakan aktivitas perdagangan di INDODAX seiring dengan rekor harga baru tersebut.

“Dalam tujuh hari terakhir, volume transaksi di INDODAX meningkat hampir 50 persen dibandingkan periode sebelumnya. Bahkan pada hari ketika Bitcoin mencapai harga tertinggi US$126.000, volume perdagangan kami menembus Rp1 triliun,” ungkapnya.

Menurut Antony, hal ini menunjukkan meningkatnya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap aset digital sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang.

“Momentum ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi dalam ekosistem kripto global. Dengan regulasi yang semakin matang dan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri aset kripto Indonesia berpotensi menjadi salah satu yang paling progresif di Asia Tenggara,” ujarnya.

Antony menambahkan, fenomena tersebut semakin menegaskan posisi Bitcoin ebagai “emas digital” modern.

“Keterbatasan suplai Bitcoin yang hanya 21 juta unit menjadikannya aset langka secara fundamental. Ketika permintaan meningkat, terutama dari institusi besar, harga wajar Bitcoin cenderung naik,” katanya.

Terkait prospek harga ke depan, Antony menyebut bahwa selama Bitcoin bertahan di atas level psikologis US$120.000, tren bullish masih kuat.
“Secara teknikal dan fundamental, kondisi pasar saat ini mendukung potensi kenaikan lanjutan. Namun investor tetap harus disiplin dan tidak terjebak euforia jangka pendek,” imbuhnya.

Ia juga menekankan pentingnya strategi investasi yang terukur.

“Kami selalu mendorong anggota INDODAX untuk menerapkan strategi pembelian bertahap atau Dollar-Cost Averaging (DCA). Strategi ini efektif dalam menghadapi volatilitas dan membangun portofolio kuat untuk jangka panjang,” tuturnya.

Selain Bitcoin, Antony melihat dampak positif pada aset kripto besar lainnya seperti Ethereum dan XRP.
“Ketika Bitcoin mencetak rekor baru, modal biasanya berputar ke altcoin utama. Ini menandakan seluruh ekosistem kripto sedang memasuki fase pertumbuhan berikutnya,” katanya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *