SUMATERA BARAT, KUJANGPOST.com —
Tujuh pendaki asal Rokan Hulu (Rohul), Riau Agung, Eza, Dedi, Diki, Rahma, Umar, dan Ica menorehkan kisah petualangan tak terlupakan saat untuk pertama kalinya menaklukkan Gunung Singgalang. Gunung berapi yang kini sudah tidak aktif ini berdiri megah di ketinggian 2.877 meter di atas permukaan laut, tepat di perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat.
Sebagai bagian dari Pegunungan Bukit Barisan, Gunung Singgalang berdampingan dengan Gunung Marapi yang masih aktif dan Gunung Tandikat, membentuk formasi yang dikenal sebagai “Tri Arga” simbol keagungan alam Minangkabau yang selalu memikat para penjelajah alam.
Pendakian dimulai dari basecamp, menembus medan yang menantang. Jalur pendakian yang mereka tempuh penuh dengan hutan hujan tropis yang lebat, licin, dan sering tertutup kabut tebal. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan pendaki lain dari berbagai daerah, menambah semangat dan warna dalam petualangan.
“Setiap langkah di jalur pendakian membawa kenangan baru. Kabut, dingin, dan rintik hujan justru menambah nuansa magis dalam perjalanan kami,” ujar Dedi, salah satu anggota tim.
Namun, petualangan ini lebih dari sekadar pendakian. Ia menjadi perjalanan menyusuri kabut kenangan kisah yang akan selalu hidup dalam benak mereka.
Di puncaknya, Gunung Singgalang menyimpan sebuah permata tersembunyi: Telaga Dewi. Terletak di bekas kawah gunung pada ketinggian sekitar 2.765 meter di atas permukaan laut, telaga ini dikelilingi kabut, rimbun vegetasi hijau, dan air jernih yang dihuni ikan-ikan kecil menciptakan panorama alam yang sungguh memesona.
Meski perjalanan menantang dan melelahkan, rasa penat mereka seketika lenyap saat tiba di tepian Telaga Dewi.
“Saya sempat trouble di trek, tapi begitu sampai, semuanya terbayar lunas. Hanya ada suara angin dan riak air telaga. Rasanya seperti berdiri di atas awan,” ungkap Eza.
Gunung Singgalang bukan sekadar destinasi pendakian ia adalah pengalaman batin yang menyatu dengan alam. Perjalanan tujuh pendaki dari Rohul ini menjadi bukti bahwa di balik lebatnya hutan dan tebalnya kabut, tersimpan keindahan dan kenangan yang akan selalu melekat.